Seorang TKW Pulang dalam Keadaan Pingsan
Keluarga H Ibrahim warga Berare Kecamatan Moyo Hilir seketika panik ketika menerima kepulangan putrinya, Masnah Bt H Ibrahim (22) seorang TKW-dalam keadaan tidak sadarkan diri, Senin kemarin sekitar pukul 11.00 Wita. Tanpa pikir panjang, Masnah dilarikan ke RSUD Sumbawa untuk mendapat perawatan intensif, dan hingga kini belum sadarkan diri di ruang Zaal Dalam. Kakak kandung korban, Sabram yang didampingi orang tuanya, H Ibrahim saat ditemui Gaung NTB di RSUD Sumbawa mengungkapkan, kedatangan adiknya itu membuat seluruh keluarganya terkejut, karena Masnah tiba dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sebelum tiba di Sumbawa atau berada di Jakarta maupun di Mataram, Masnah masih sempat menghubungi keluarga melalui telepon, yang mengabarkan bahwa dia dalam keadaan sehat dan sebentar lagi akan tiba di Sumbawa. "Saya sekarang berada di Mataram dan sedang makan siang, sebentar lagi saya dan teman-teman akan tiba di Sumbawa, tunggu kepulangan saya," kata Sabram meniru ucapan Masnah di seberang, ketika itu.
Ketika tiba di Desa Berare (kediaman orang tua Masnah), beberapa petugas dari Disnaker dan anggota polisi serta rekan-rekan Masnah menurunkan Masnah dengan cara menggotongnya. Tentu saja pemandangan itu membuat warga setempat panik dan mengerubungi kediaman Masnah dan segera menginformasikan hal itu kepada orang tua dan saudaranya yang saat itu sedang berada di sawah. Bersama keluarga dan masyarakat, Masnah dibawa ke RSUD Sumbawa. " Sudah dua hari Masnah belum sadarkan diri," ujar Sabram lirih.
Berdasarkan informasi yang diberikan rekan sesama TKW-nya kepada kelurga Masnah, ketika berada di Jakarta dan Mataram, kondisi Masnah sehat dan enerjik. Namun seusai makan siang di Mataram, dan melanjutkan perjalanan ke Sumbawa, kepala Masnah terasa pusing, dan langsung pingsan. Ketika disinggung Gaung NTB mengenai barang dan uang yang di bawa Masnah. apakah dibawa serta, Sabram mengakuinya. "Cek senilai Rp 18 juta dan barang-barang serta passport maupun handphonenya telah sampai di tangan keluarga, dan pihak terkait telah mengantar adik saya dengan baik," ungkapnya. Masnah berangkat ke Saudi Arabia melalui PT Alfira Perdana Jaya tahun 2001 silam, dan berhasil bekerja di Jedah selama 2 tahun 8 bulan. Bahkan beberapa kali melakukan pengiriman uang hasil jerih payahnya.
Karenanya, seluruh keluarganya berharap agar Masnah segera sembuh, sebab selama 2 tahun lebih Masnah tidak pernah bertemu dengan keluarganya. " Kami sangat berharap agar Masnah dapat melihat kedua orang tua dan saudara-saudaranya dan dapat menceritakan suka dan dukanya selama bekerja disana," kata Sabram sedih.
Sementara itu Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter H. Koesdarmadji SPD yang menangani Masnah, tidak berhasil ditemui. Namun salah seorang petugas setempat mengatakan bahwa Masnah diduga mengalami tinggi gula darah, sehingga menyebabkan jantung berdebar-debar dan nafasnya sesak. Secara terpisah Kasi Penempatan Naker LN Disnakertrans melalui stafnya, Ida mengaku tidak menerima laporan adanya kejadian itu. "Kami belum mendapat informasi tentang masalah itu," kata Ida singkat.
Ketika tiba di Desa Berare (kediaman orang tua Masnah), beberapa petugas dari Disnaker dan anggota polisi serta rekan-rekan Masnah menurunkan Masnah dengan cara menggotongnya. Tentu saja pemandangan itu membuat warga setempat panik dan mengerubungi kediaman Masnah dan segera menginformasikan hal itu kepada orang tua dan saudaranya yang saat itu sedang berada di sawah. Bersama keluarga dan masyarakat, Masnah dibawa ke RSUD Sumbawa. " Sudah dua hari Masnah belum sadarkan diri," ujar Sabram lirih.
Berdasarkan informasi yang diberikan rekan sesama TKW-nya kepada kelurga Masnah, ketika berada di Jakarta dan Mataram, kondisi Masnah sehat dan enerjik. Namun seusai makan siang di Mataram, dan melanjutkan perjalanan ke Sumbawa, kepala Masnah terasa pusing, dan langsung pingsan. Ketika disinggung Gaung NTB mengenai barang dan uang yang di bawa Masnah. apakah dibawa serta, Sabram mengakuinya. "Cek senilai Rp 18 juta dan barang-barang serta passport maupun handphonenya telah sampai di tangan keluarga, dan pihak terkait telah mengantar adik saya dengan baik," ungkapnya. Masnah berangkat ke Saudi Arabia melalui PT Alfira Perdana Jaya tahun 2001 silam, dan berhasil bekerja di Jedah selama 2 tahun 8 bulan. Bahkan beberapa kali melakukan pengiriman uang hasil jerih payahnya.
Karenanya, seluruh keluarganya berharap agar Masnah segera sembuh, sebab selama 2 tahun lebih Masnah tidak pernah bertemu dengan keluarganya. " Kami sangat berharap agar Masnah dapat melihat kedua orang tua dan saudara-saudaranya dan dapat menceritakan suka dan dukanya selama bekerja disana," kata Sabram sedih.
Sementara itu Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter H. Koesdarmadji SPD yang menangani Masnah, tidak berhasil ditemui. Namun salah seorang petugas setempat mengatakan bahwa Masnah diduga mengalami tinggi gula darah, sehingga menyebabkan jantung berdebar-debar dan nafasnya sesak. Secara terpisah Kasi Penempatan Naker LN Disnakertrans melalui stafnya, Ida mengaku tidak menerima laporan adanya kejadian itu. "Kami belum mendapat informasi tentang masalah itu," kata Ida singkat.